kembang api

bintang jatuh

Minggu, 19 September 2010

BIOLOGI_MACAM2 SEL

Bentuk dan ukuran sel bermacam-macam, tergantung pada tempat dan fungsi dari jaringan yang disusunnya. Organel di dalam sel mempunyai fungsi yang berbeda satu sama lainnya. Berdasarkan ada tidaknya dinding/ selaput inti, maka sel dibedakan menjadi dua yaitu: 

BIOLOGI_STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN2 SEL

Sel merupakan unit terkecil kehidupan. Kehidupan dimulai di dalam sel. Sel adalah suatu pabrik yang di dalamnya dapat disintesis ribuan molekul yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Ukuran sel bervariasi tergantung fungsinya. Bentuk sel juga tergantung fungsinya. Garis tengah sel bervariasi antara 1 – 100 m. Sel paling besar adalah sel telur angsa, sedangkan sel terpanjang adalah sel otot dan sel saraf. Perhatikan kisaran ukuran sel pada gambar 1.1. Berdasarkan jumlah sel penyusunnya, maka organisme dibedakan menjadi organisme uniseluler (terdiri atas satu sel, misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan Protozoa) dan multiseluler (terdiri atas banyak sel). Pada organisme multiseluler terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya.

BIOLOGI_TEORI SEL

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata sel itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke (1635 – 1703) yang berarti kotak-kotak kosong, setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop. Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje. Menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu sitoplasma dan nukleoplasma. Schwann dan Schleiden (1838), menyatakan bahwa tumbuhan dan hewan mempunyai persamaan, yaitu tubuhnya tersusun oleh sel-sel.

BIOLOGI_TRANSPOR MOLEKUL MELALUI MEMBRAN

Tahukah kalian lingkungan di mana sel-sel itu hidup? Lingkungan suatu sel selamanya berupa cairan. Namun, hal ini tidak begitu terlihat jelas pada organisme-organisme multiseluler seperti pohon dan manusia. Sel-sel pada organisme multiseluler dikelilingi cairan yang disebut cairan ekstra sel (CES). CES memiliki komponen utama air. CES menyediakan molekul atau ion yang diperlukan suatu sel. CES juga menampung hasil atau limbah yang dihasilkan sel.

BIOLOGI_JARINGAN TUMBUHAN

Sel tumbuhan mempunyai organel yang khas jika dibandingkan dengan sel hewan. Organel-organel tersebut adalah kloroplas, vakuola yang membesar di bagian tengah sel, dan dinding sel yang mengandung selulosa. Sel tumbuhan yang telah dewasa dan memiliki kesamaan bentuk dan sifatnya akan membentuk jaringan tumbuhan. Berdasarkan kemampuannya membelah diri, jaringan tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.

BIOLOGI_JARINGAN HEWAN

Seperti halnya tumbuhan, hewan juga tersusun atas sel-sel. Sel-sel tersebut bersatu membentuk jaringan-jaringan yang terdapat pada organ. Pada hewan bersel banyak, kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan, jaringan-jaringan yang berbeda akan bergabung membentuk organ tubuh, organ-organ tubuh akan bergabung membentuk sistem organ tubuh, sistem organ tubuh akhirnya akan bergabung membentuk organisme (hewan). Pada hewan tingkat tinggi (mamalia) dibedakan empat tipe jaringan dasar, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan saraf, dan jaringan otot.

FISIKA_BESARAN2 SUDUT

Untuk membantu kita membahas besaran-besaran sudut, terlebih dahulu kita tinjau sebuah benda tegar yang berotasi pada sumbuhnya. Pada kesempatan ini menggunakan cakram. Perhatikan gambar di bawah. Pada gambar tampak sebuah cakram berotasi terhadap sumbuhnya, di mana arah gerakan cakram berlawanan dengan arah putaran jarum jam.

FISIKA_MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menentukan nilai dan arah vektor resultan, yaitu dengan metode grafis dan metode analitis.
MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DENGAN METODE GRAFIS
Dengan menggunakan metode segitiga dan poligon, kita dapat melukis vektor resultan dari dua buah vektor atau lebih. Dari gambar vektor resultan tersebut, kita dapat menentukan besar dan arah vektor resultan dengan melakukan pengukuran (bukan menghitung). Cara menentukan vektor resultan seperti ini disebut metode grafis. Sekarang, bagaimana menentukan vektor resultan dengan metode grafis ?
Langkah-langkah menentukan besar dan arah vektor resultan dengan metode grafis, adalah sebagai berikut :
  1. tetapkan sumbu X positif sebagai acuan menentukan arah. Ingat, sudut positif diukur dengan arah berlawanan arah jarum jam, sedangkan sudut negatif diukur dengan arah searah jarum jam.
  2. gambar setiap vektor yang akan dijumlahkan (lihat kembali menggambar penjumlahan vektor menggunakan jajaran genjang)
    1. Arah vektor digambar terhadap sumbu x positif dengan menggunakan busur derajat
  3. gambar vektor Resultan dengan metode segitiga (untuk 2 vektor) dan metode poligon (lebih dari 2 vektor)
  4. ukur panjang vektor Resultan dengan mistar, sedangkan arah vektor Resultan diukur terhadap sumbu x positif dengan busur derajat
  5. tentukan besar dan arah vektor Resultan :
    1. Besar vektor Resultan sama dengan hasil kali panjang vektor resultan (langkah 4) dengan skala panjang (langkah 2b)
    2. Arah vektor resultan sama dengan sudut yang dibentuk oleh vektor resultan terhadap sumbu x positif yang telah diukur dengan busur derajat
Contoh soal :
Tentukan besar dan arah vektor resultan dari vektor perpindahan A sepanjang 20 m dengan arah -30o terhadap sumbu x positif (arah mendatar ke kanan) dan vektor perpindahan B sepanjang 30 m dengan arah +45o terhadap sumbu x positif.
Petunjuk :
Kita harus menetapkan skala panjang terlebih dahulu. Setelah itu, gambar vektor A dan B secara terpisah. Terakhir, gambar vektor resultan R=A+B dengan metode segitiga atau poligon, lalu kita menentukan besar dan arahnya
Panduan solusi :
Langkah 1, misalnya kita menetapkan skala panjang vektor perpindahan 5 m = 1 cm (catatan : anda dapat menetapkan skala sesuai dengan kemauan anda, penetapan skala di atas hanya sebagai contoh). Dengan demikian, besar perpindahan 20 m digambar dengan panjang vektor 4 cm (ingat, 20 : 5 = 4), dengan arah -30o terhadap sumbu x positif (gambar a).
Langkah 2, gambar vektor perpindahan B (besarnya 30 m) dengan panjang tanda panahnya 6 cm (ingat, skala yang kita tetapkan 5 m = 1 cm, jadi 30 m = 6 cm) dan arahnya sebesar 45o terhadap sumbu x positif. (gambar b). Lihat gambar di bawah.
Langkah 3, gambar vektor resultan R = A + B (gambar c)
Langkah 4, ukur panjang vektor R dengan mistar dan arah vektor R dengan bujur sangkar. Besar vektor R diperoleh dengan mengalikan panjang vektor R dengan skala panjang vektor
(Catatan : menentukan besar dan arah vektor Resultan dengan metode grafis merupakan salah satu pendekatan. Ketelitian hasil yang diperoleh juga sangat bergantung pada skala gambar, ketelitian mistar, busur derajat serta ketepatan anda dalam menggambar dan membaca skala. Jika anda ingin menentukan besar dan arah vektor Resultan secara lebih tepat, dapat digunakan perhitungan matematis (bukan dengan pengukuran), yakni menggunakan metode analitis)
MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DENGAN METODE ANALITIS
Dalam menentukan besar dan arah vektor Resultan dengan metode analitis, kita dapat menggunakan 2 cara yaitu menggunakan Rumus Cosinus dan menggunakan Vektor Komponen.
Menentukan Vektor Resultan segaris kerja (ingat kembali pelajaran SMP)
Di SMP kita telah belajar tentang vektor resultan untuk dua vektor gaya yang segaris kerja (searah atau berlawanan arah). Kali ini kita ulangi kembali, sebagai dasar sebelum menghitung vektor resultan dengan rumus Cosinus.
Kita meninjau vektor perpindahan yang segaris kerja. Misalnya kamu berpindah sejauh 200 m ke arah timur (vektor A), lalu berjalan kembali arah barat sejauh 300 m (vektor B).berapakah perpindahan total yang kamu lakukan dihitung dari kedudukan awalmu ?
Panduan Jawaban :
Untuk vektor2 yang segaris kerja, arahnya dapat dibedakan dengan memberi tanda + dan -. Jika kita tetapkan arah timur bertanda +, maka arah barat bertanda -. Berdasarkan ketetapan kita tadi, maka besar vektor A = +200 m dan besar vektor B = -300 m. dengan demikian besar vektor Resultannya adalah : R = A + B = (+200 m) + (-300 m) = 200 m – 300 m = -100 m (tanda – hanya menunjukan bahwa arah vektor Resultan ke barat atau sesuai dengan arah vektor B)
(pada gambar ditetapkan skala 50 m = 1 cm)
Melalui contoh di atas, diketahui bahwa operasi penjumlahan dalam berhitung berlaku untuk resultan dari dua vektor yang berlawanan arah. Demikian juga dua vektor yang searah.
Menentukan vektor Resultan Pada Segitiga Siku-siku
Apakah hitungan vektor tetap memenuhi hukum berhitung jika perpindahan berlaku untuk dua dimensi ? untuk menjawabnya, perhatikan contoh berikut ini.
Dari kedudukan awalmu, kamu berjalan ke timur sejauh 300 m (vektor A), lalu berbelok ke selatan sejauh 400 meter (vektor B). Apakah perpindahan totalmu 700 m ? atau 100 m ?
Panduan jawaban :
Terlebih dahulu kita tetapkan skala perpindahan, misalnya 100 m = 1 cm. dengan demikian, perpindahan ke timur sejauh 300 m digambar dengan panjang vektor 3 cm, sedangkan perpindahan ke selatan sejauh 400 m digambar 4 cm. lihat gambar di bawah
Untuk menentukan vektor resultan di atas, kita tidak bisa menggunakan hukum berhitung seperti pada dua atau lebih vektor yang segaris, karena dua vektor tersebut tidak segaris kerja. Vektor resultan dapat kita tentukan besarnya menggunakan rumus Pythagoras dalam segitiga siku-siku.
Jadi, besar vektor Resultan = 500 m
Menentukan arah vektor Resultan
Kita sudah mengetahui besar vektor Resultan. Bagaimana dengan arah vektor Resultan tersebut ? untuk menentukan arah vektor Resultan terhadap salah satu vektor komponennya, kita menggunakan rumus Sinus, Cosinus dan Tangen pada segitiga. Perhatikan gambar di bawah ini.
Karena diketahui besar vektor komponen A (300 m) dan besar vektor komponen B (400 m), maka dalam menentukan arah vektor Resultan, kita menggunakan Rumus Tangen.
Menentukan Vektor Resultan dengan Rumus Cosinus
Kita telah menghitung vektor resultan dari dua vektor yang segaris kerja dan dua vektor yang saling tegak lurus. Bagaimana-kah menghitung vektor resultan untuk dua vektor yang tidak segaris kerja dan tidak saling tegak lurus ?
Kita bisa menghitung vektor resultan dari dua vektor yang berarah sembarang dengan menggunakan rumus cosinus.
Rumus Cosinus yang digunakan untuk menghitung resultan besar dua vektor yang arahnya sembarang adalah :
Dari mana asal rumus ini ? tiba-tiba nongol di sini ? silahkan bertanya kepada guru matematika anda. Yang pasti cara penurunan rumus ini dijelaskan pada pelajaran matematika SMA (kelas X deh kayanya) mengenai cosinus dan rumus sinus dalam suatu segitiga sembarang.
Agar penasaran atau kebingunganmu berkurang, mari kita pelajari hal ini tapi hanya secara umum.
Misalnya terdapat dua vektor, F1 dan F2 sebagaimana tampak pada gambar di bawah.
Jika besar vektor resultan dihitung dengan rumus cosinus, bagaimana dengan arahnya ? dihitung dengan rumus apakah ?
Kita menggunakan rumus sinus.
Perhatikan kembali gambar di atas. Arah vektor Resultan dapat dihitung menggunakan sinus pada segitiga OPQ.
Contoh soal :
Dua vektor F1 dan F2 memiliki pangkal berhimpit, di mana besar F1 = 4 N dan besar F2 = 3 N. jika sudut yang dibentuk kedua vektor adalah 60o, berapakah besar dan arah vektor resultan ?
Panduan Jawaban :
Besar vektor resultan kita hitung menggunakan persamaan di atas :
Bagaimana dengan arahnya ?
Arah vektor resultan =
Selesai. Gampang khan ? ;)
MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DENGAN VEKTOR KOMPONEN
Sekarang kita memasuki peradaban baru :) teknik menentukan vektor resultan menggunakan vektor komponen selalu digunakan dalam pembelajaran fisika selanjutnya. Dalam pembahasan Gerak Parabola, kita juga akan menggunakan teknik ini.
Dalam menggambarkan sesuatu, kita selalu menggunakan koordinat x dan y (untuk dua dimensi) atau koordinat xyz (untuk tiga dimensi). Nah, apabila sebuah vektor membentuk sudut terhadap sumbu x positif, pada bidang koordinat xy, maka kita bisa menguraikan vektor tersebut ke dalam komponen sumbu x atau komponen sumbu y. kedua vektor komponen tersebut biasanya saling tegak lurus. Untuk memudahkan pemahaman anda, kita gambarkan sebuah vektor pada bidang koordinat xy, sebagaimana tampak pada gambar di bawah.
Vektor F yang membentuk sudut teta terhadap sumbu x positif, diuraikan menjadi komponen sumbu x, yaitu Fx dan dan komponen pada sumbu y, yakni Fy. Ini merupakan contoh vektor komponen.
Jika vektor F mempunyai nilai/besar, bagaimanakah dengan vektor komponennya, yakni Fx dan Fy ? bagaimana menghitung besar Fx dan Fy ?
Pahami terlebih dahulu rumus sinus, cosinus dan tangen di bawah ini…
Bagaimana dengan arah F ? untuk menentukan arah vektor resultan, kita menggunakan rumus tangen. Kita menggunakan rumus tangen karena komponen Fx dan Fy diketahui.
Contoh soal 1 :
Tentukanlah komponen-komponen vektor gaya (F) yang besarnya 40 N dan membentuk sudut 60o terhadap sumbu x positif (lihat gambar)
Panduan jawaban :
Yang ditanyakan pada soal di atas adalah komponen vektor F pada sumbu x dan y (Fx dan Fy).
Contoh soal 2 :
Tentukan besar dan arah vektor perpindahan (L), di mana komponen sumbu x-nya = 40 m dan komponen sumbu y-nya = 30 m.
Panduan jawaban :
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu digambarkan vektor L dan vektor komponennya pada sumbu x dan sumbu y.
Lx = 40 m
Ly = 30 m
Besar vektor perpindahan (L) adalah :
Vektor perpindahan L membentuk sudut 53o terhadap sumbu x positif (berada di kuadran I)

FISIKA KELAS X_DIMENSI BESARAN

Dimensi besaran diwakili dengan simbol, misalnya M, L, T yang mewakili massa (mass), panjang (length) dan waktu (time). Ada dua macam dimensi yaitu Dimensi Primer dan Dimensi Sekunder. Dimensi Primer meliputi M (untuk satuan massa), L (untuk satuan panjang) dan T (untuk satuan waktu). Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua Besaran Turunan yang dinyatakan dalam Dimensi Primer. Contoh : Dimensi Gaya : M L T-2 atau dimensi Percepatan : L T-2Catatan :
Semua besaran dalam mekanika dapat dinyatakan dengan tiga besaran pokok (Dimensi Primer) yaitu panjang, massa dan waktu. Sebagaimana terdapat Satuan Besaran Turunan yang diturunkan dari Satuan Besaran Pokok, demikian juga terdapat Dimensi Primer dan Dimensi Sekunder yang diturunkan dari Dimensi Primer.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan dimensi dan satuan tujuh besaran dasar dalam sistem SI.
Manfaat Dimensi dalam Fisika antara lain : (1) dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran sama atau tidak. Dua besaran sama jika keduanya memiliki dimensi yang sama atau keduanya termasuk besaran vektor atau skalar, (2) dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar, (3) dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran-besaran fisis lainnya diketahui.
Satuan dan dimensi suatu variabel fisika adalah dua hal berbeda. Satuan besaran fisis didefinisikan dengan perjanjian, berhubungan dengan standar tertentu (contohnya, besaran panjang dapat memiliki satuan meter, kaki, inci, mil, atau mikrometer), namun dimensi besaran panjang hanya satu, yaitu L. Dua satuan yang berbeda dapat dikonversikan satu sama lain (contohnya: 1 m = 39,37 in; angka 39,37 ini disebut sebagai faktor konversi), sementara tidak ada faktor konversi antarlambang dimensi.
ANALISIS DIMENSI
Analisis dimensi adalah cara yang sering dipakai dalam fisika, kimia dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran yang berbeda-beda. Analisis dimensi selalu digunakan untuk memeriksa ketepatan penurunan persamaan. Misalnya, jika suatu besaran fisis memiliki satuan massa dibagi satuan volume namun persamaan hasil penurunan hanya memuat satuan massa, persamaan tersebut tidak tepat. Hanya besaran-besaran berdimensi sama yang dapat saling ditambahkan, dikurangkan atau disamakan. Jika besaran-besaran berbeda dimensi terdapat di dalam persamaan dan satu sama lain dibatasi tanda “+” atau “-” atau “=”, persamaan tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Jika besaran-besaran berdimensi sama maupun berbeda dikalikan atau dibagi, dimensi besaran-besaran tersebut juga terkalikan atau terbagi. Jika besaran berdimensi dipangkatkan, dimensi besaran tersebut juga dipangkatkan.
Seringkali kita dapat menentukan bahwa suatu rumus salah hanya dengan melihat dimensi atau satuan dari kedua ruas persamaan. Sebagai contoh, ketika kita menggunakan rumus A= 2.Phi.r untuk menghitung luas. Dengan melihat dimensi kedua ruas persamaan, yaitu [A] = L2 dan [2.phi.r] = L kita dengan cepat dapat menyatakan bahwa rumus tersebut salah karena dimensi kedua ruasnya tidak sama. Tetapi perlu diingat, jika kedua ruas memiliki dimensi yang sama, itu tidak berarti bahwa rumus tersebut benar. Hal ini disebabkan pada rumus tersebut mungkin terdapat suatu angka atau konstanta yang tidak memiliki dimensi, misalnya Ek = 1/2 mv2 , di mana 1/2 tidak bisa diperoleh dari analisis dimensi.
Anda harus ingat karena dalam suatu persamaan mungkin muncul angka tanpa dimensi, maka angka tersebut diwakili dengan suatu konstanta tanpa dimensi, misalnya konstanta k.
Contoh Soal : menentukan dimensi suatu besaran
Tentukan dimensi dari besaran-besaran berikut ini : (a) volum, (b) massa jenis, (c) percepatan, (d) usaha
Anda harus menulis rumus dari besaran turunan yang akan ditentukan dimensinya terlebih dahulu. Selanjutnya rumus tersebut diuraikan sampai hanya terdiri dari besaran pokok.
Jawaban :
(a) Persamaan Volum adalah hasil kali panjang, lebar dan tinggi di mana ketiganya memiliki dimensi panjang, yakni [L]. Dengan demikian, Dimensi Volume :
(b) Persamaan Massa Jenis adalah hasil bagi massa dan volum. Massa memiliki dimensi [M] dan volum memiliki dimensi [L]3. Dengan demikian Dimensi massa jenis :
(c) Persamaan Percepatan adalah hasil bagi Kecepatan (besaran turunan) dengan Waktu, di mana Kecepatan adalah hasil bagi Perpindahan dengan Waktu. Oleh karena itu, kita terlebih dahulu menentukan dimensi Kecepatan, kemudian dimensi Percepatan.
(d) Persamaan Usaha adalah hasil kali Gaya (besaran Turunan) dan Perpindahan (dimensi = [L]), sedang Gaya adalah hasil kali massa (dimensi = [M]) dengan percepatan (besaran turunan). Karena itu kita tentukan dahulu dimensi Percepatan (lihat (c)), kemudian dimensi Gaya dan terakhir dimensi Usaha.

FISIKA KELAS X_ANGKA PENTING

Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau diragukan.
Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala, sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya ditaksir.
Ketentuan Angka Penting :
  1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting.
  2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol merupakan angka penting. Contoh : 2,0067 memiliki lima angka penting.
  3. Semua angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal bukan merupakan angka penting. Contoh : 0,0024 memiliki dua angka penting, yakni 2 dan 4
  4. Semua angka nol yang terletak pada deretan terakhir dari angka-angka yang ditulis di belakang koma desimal merupakan angka penting. Contoh : 0,003200 memiliki empat angka penting, yaitu 3, 2 dan dua angka nol setelah angka 32.
  5. Semua angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk angka penting. Contoh : 3,2 x 105 memiliki dua angka penting, yakni 3 dan 2. 4,50 x 103 memiliki tiga angka penting, yakni 4, 5 dan 0
Ketentuan perkalian dan pembagian angka penting :
Hasil akhir dari perkalian atau pembagian harus memiliki bilangan sebanyak angka dengan jumlah angka penting paling sedikit yang digunakan dalam perkalian atau pembagian tersebut…
Contoh perkalian :
Contoh 1 :
3,4 x 6,7 = … ?
Jumlah angka penting paling sedikit adalah dua (3,4 dan 6,7 punya dua angka penting)
Hasil perkaliannya adalah 22,78. Hasil ini harus dibulatkan menjadi 23 (dua angka penting)
3,4 x 6,7 = 23
Contoh 2 :
2,5 x 3,2 = … ?
Jumlah angka penting paling sedikit adalah dua (2,5 dan 3,2 punya dua angka penting)
Kalo kita hitung pakai kalkulator, hasilnya adalah 8. Harus ditambahkan nol.
2,5 x 3,2 = 8,0 (dua angka penting)
Contoh 3 :
1,0 x 2,0 = 2,0 (dua angka penting), bukan 2
Pembagiannya juga mirip seperti perkalian…
Contoh pembagian :
Contoh 1 :
2,0 : 3,0 = …. ?  (angka penting paling sedikit adalah dua)
Kalo anda pakai kalkulator maka hasilnya adalah 0,66666666666666666 dan seterusnya… harus dibulatkan hingga hanya ada dua angka penting :
2,0 : 3,0 = 0,67 (dua angka  penting, yakni 6 dan 7)
Contoh 2 :
2,1 : 3,0 = …. ?  (angka penting paling sedikit adalah dua)
Kalo anda pakai kalkulator maka hasilnya adalah 0,7… harus ditambahkan nol sehingga terdapat dua angka penting :
2,1 : 3,0 = 0,70 (dua angka  penting, yakni 7 dan 0)
Ketentuan penjumlahan dan pengurangan angka penting :
Dalam penjumlahan atau pengurangan, hasilnya tidak boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat.
Contoh 1 :
3,7 – 0,57 = … ?  (3,7 paling tidak akurat…)
Kalau pakai kalkulator, hasilnya adalah 3,13. Hasil ini lebih akurat dari 3,7 karenanya harus dibulatkan menjadi : 3,1
3,7 – 0,57 = 3,1
Contoh 2 :
10,24 + 32,451 = …… ?  (10,24 paling tidak akurat)
Kalau pakai kalkulator, hasilnya adalah 42,691. Hasil ini lebih akurat dari 10,24 karenanya harus dibulatkan menjadi : 42,69
10,24 + 32,451 = 42,69
Contoh 3 :
10,24 + 32,457 + 2,6 = …. ?  (2,6 paling tidak akurat)
Kalau dijumlahkan maka hasilnya adalah 45,297. Hasil ini lebih akurat dari 2,6 karenanya harus dibulatkan menjadi : 45,3
10,24  +  32,457  + 2,6   =  45,3
Banyak atau sedikitnya angka penting dalam
hasil penjumlahan atau pengurangan tidak berpengaruh…

FISIKA KELAS X_BESARAN POKOK DAN BESARAN TURUNAN

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Warna, indah, cantik, bukan merupakan besaran karena tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
BESARAN POKOK
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok dalam sistem Satuan Internasional yaitu Panjang, Massa, Waktu, Suhu, Kuat Arus, Jumlah molekul, Intensitas Cahaya.
Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar ujung. Panjang dapat dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar, yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain, diukur pada sudut tegak lurus terhadap panjang benda. Dalam ilmu fisika dan teknik, kata “panjang” biasanya digunakan secara sinonim dengan “jarak”, dengan simbol “l” atau “L” (singkatan dari bahasa Inggris length).
Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara umum dapat digunakan untuk mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam suatu benda. Massa merupakan konsep utama dalam mekanika klasik dan subyek lain yang berhubungan.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Tiap masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu yang mereka jalani. Sebagai contoh: masyarakat Barat melihat waktu sebagai sebuah garis lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manusia dilihat sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Berbeda dengan masyarakat Barat, masysrakat Hindu melihat waktu sebagai sebuah siklus yang terus berulang tanpa akhir.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya. Pada zaman dulu, Arus konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.
Jumlah molekul
Intensitas Cahaya
BESARAN TURUNAN
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau besaran yang didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok. Contoh besaran turunan adalah Berat, Luas, Volume, Kecepatan, Percepatan, Massa Jenis, Berat jenis, Gaya, Usaha, Daya, Tekanan, Energi Kinetik, Energi Potensial, Momentum, Impuls, Momen inersia, dll. Dalam fisika, selain tujuh besaran pokok yang disebutkan di atas, lainnya merupakan besaran turunan. Besaran Turunan selengkapnya akan dipelajari pada masing-masing pokok bahasan dalam pelajaran fisika.
Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan, perhatikan beberapa besaran turunan yang satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok berikut ini.
Luas = panjang x lebar
= besaran panjang x besaran panjang
= m x m
= m2
Volume = panjang x lebar x tinggi
= besaran panjang x besaran panjang x besaran Panjang
= m x m x m
= m3
Kecepatan = jarak / waktu
= besaran panjang / besaran waktu
= m / s

Sabtu, 18 September 2010

KIMIA KELAS XI_KONFIGURASI ELEKTRON

Ketika membentuk konfigurasi elektron, penempatan elektron dalam orbital dimulai dengan tingkat energi terendah. Untuk hidrogen elektron tunggalnya mengisi pada orbital 1s, yaitu keadaan dengan energi terendah untuk atom hidrogen. Untuk atom berelektron banyak pengisian mengikuti aturan aufbau, yaitu dimulai dari tingkat energi yang lebih rendah kemudian mengisi tingkat energi berikutnya yaitu 2s, kemudian 2p, dan seterusnya sesuai dengan urutan tingkat energi pada Gambar 1.10.

Penulisan konfigurasi elektron berdasarkan kenaikan tingkat energi dapat dituliskan sebagai berikut:
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p
Selain itu perlu diingat, bahwa ada 3 macam orbital p, 5 macam orbital d dan orbital f ada 7 macam, dimana setiap orbital dapat diisi oleh dua elektron, sehingga konfigurasi elektron dengan jumlah elektron pada setiap orbitalnya menjadi:
Tampak bahwa orbital 4s lebih dulu diisi dari orbital 3d, hal itu dikarenakan energi orbital 4s lebih rendah dari orbital 3d (lihat Gambar 1.11). Apakah yang menentukan di orbital mana suatu elektron berada? Bagaimana cara elektron menempati orbital yang tersedia?
Uhlenbeck dan Goudsmit, menyatakan bahwa elektron masih memiliki sifat kuantum yang lain, disebut spin elektron, atau yang dinamakan bilangan kuantum putaran elektron, atau S Bilangan kuantum S hanya dapat memiliki dua harga (+½ dan -½) untuk itu, paling banyak hanya dua elektron yang dapat menempati orbital yang sama, dan mempunyai nilai putaran magnetik yang berlawanan.
Putaran elektron sangat penting untuk dapat mengerti struktur elektron atom itu sendiri. Prinsip larangan Pauli (Wolfgang Pauli, 1925) menyatakan bahwa, tidak ada dua elektron yang terdapat pada satu atom dapat memiliki empat bilangan kuantum yang sama (n, l, m, dan s)
Orbital 1s diisi dua elektron, ini ditunjukkan dengan 1s2. Jika atom memiliki elektron lebih banyak, elektron berikutnya mengisi pada tingkat energi yang lebih tinggi, misalnya pada litium mengisi orbital 2s karena unsur ini memiliki 3 elektron. Kita akan mulai meletakkan dua elektron pada orbital dengan energi terendah atau keadaan dasar yaitu pada 1s. Kedua elektron tersebut harus memiliki bilangan kuantum spin magnetik yang berlawanan.
Kemudian kita letakkan elektron ketiga dalam orbital dengan tingkat energi selanjutnya yaitu orbital 2s (lihat Gambar 1.12).
Tanda panah ke atas menunjukkan nilai bilangan kuantum spin magnetik (m) + ½ dan ke bawah untuk – ½. Pengisian orbital digambarkan sebagai 1s22s1 Elektron yang memiliki spin berlawanan dikatakan elektron berpasangan, seperti elektron yang mengisi orbital 1s pada atom Li, sedangkan elektron pada orbital 2s atom Li dikatakan tak berpasangan berilium ditulis sebagai 1s22s2. Pada boron, elektron berikutnya ditempatkan pada orbital 2p. yang ketiganya memiliki energi yang sama. Ini ditunjukkan sebagai 1s22s2 2p1.
Penulisan diagram orbital untuk beberapa atom di atas dapat dituliskan sebagai:
Dua elektron dalam He menunjukkan pengisian lengkap pada kulit pertama. Sehingga, elektron dalam He dalam konfigurasi yang sangat stabil. Untuk Boron (5 elektron), elektron kelima harus diletakkan pada orbital 2p karena orbital 2s sudah terisi penuh. Karena orbital p ketiganya memiliki energi yang sama, maka tidak masalah dimanapun diletakkannya.
Dalam pengisian orbital perlu juga memperhatikan Aturan Hund, yang menyatakan “dalam suatu subkulit tertentu, tiap orbital di isi oleh satu elektron terlebih dahulu sebelum ada orbital yang memiliki dua, dan elektron-elektron dalam orbital tersebut spinnya paralel”
Pengisian elektron untuk orbital yang terdegenerasi (orbital dengan tingkat energi yang sama), energi minimum akan tercapai ketika jumlah elektron dengan spin yang sama dimaksimumkan (penuh atau setengah penuh). Konfigurasi elektron dapat ditulis dengan cara singkat dengan menggantikan urutan dari pengisian orbital oleh lambang atom unsur gas mulia yang memiliki kulit terlengkap paling dekat sebelum unsur tersebut.

KIMIA KELAS XI_bilangan kuantum

Bilangan kuantum adalah bilangan bulat atau setengah bulat yang meberikan nilai-nilai pada suatu sustem atom atau molekul, seperti tingkat energi spektrum atau sifat magnetiknya. Untuk atom terdapat 4 jenis bilangan kuantum yaitu bilangan kuantum utama, azimut, magnetik, dan spin.

1. Bilangan kuantum utama
Bilangan kuantum utama adalah bilangan positif yang menggambarkan kedudukan atau jarak relatif elektron terhadap intinya. Bilangan kuantum utama disimbulkan dengan n. Semakin besar harga n, semakin besar ukuran orbital yang dihuni oleh elektron

kulit k=1 L=2 M=3 N=4 O=5 P=6 Q=7

2. Bilangan kuantum azimut
Bilangan kuantum azimut adalah bilangan postif yang besarnya bergantung pada nilai bilangan kuantum utama dan menggamberkan jenis subkulit elektron pada atom.

masing-masing subkulit diberi simbol s, p, d, f. Huruf s, p, d, f dan f berasal dari spektroskopi kuno yang garis spektrumnya disebut sharp, principal, difusse dan fundamental

Harga n Harga l Jenis subkulit
n=1 l=0 s
n=2 l=0,1 s p
n=3 l=0,1,2 s p d
n=4 l=0,1,2,3 s p d f

3. Bilangan kuantum magnetik
Bilangan kuantum magnetik adalah bilangan bulat yang besarnya bergantung pada nilai bilangan kuantum azimut dan menentukan orientasi orbital serta banyaknya orbital elektron dalam atom. Bilangan kuantum magnetik disimbolkan dengan m.

m= -l, ...,+l

4. Bilangan kuantum spin
Bilangan kuantum spin adalah bilangan yang mencirikan arah rotasi elektron disekitar sumbunyadan menggambarkan sifat spektrum dengan nilai +1/2 atau -1/2. Tanda + atau - hanya menunjukan arah yang saling berlawanan dan dapat digambarkan dengan menggunakan anak panah, yaitu ↑ dan ↓

Jumat, 20 Agustus 2010

Latihand blog

Who am i?????
Do you want to know me????

I'll tell you who I am....

I am Ajenx
I am a daughter
I am a girl
I am a moslem
I am moody
I am friendly
I am Joe Jonas fan
I am Jonas Brothers fan
I am student
I am a girl who loves Strawberry
I am a girl who likes imagination

I think thats all for introducing....
Nice to meet you all.....